Rabu, 06 Januari 2016

Filosofi Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Makna dan Filosofi Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Sang Hyang Widhi (disebut juga sebagai Acintya atau Sang Hyang Tunggal) adalah sebutan bagi Tuhan yang Maha Esa dalam agama Hindu Dharma masyarakat Bali. Dalam konsep Hinduisme, Sang Hyang Widhi dikaitkan dengan konsep Brahman. Dalam bahasa Sanskerta, 'Acintya' memiliki arti 'Dia yang tak terpikirkan,' 'Dia yang tak dapat dipahami,' atau 'Dia yang tak dapat dibayangkan.'

Filosofi

"Hyang" merupakan sebutan untuk keberadaan spiritual memiliki kekuatan supranatural, bagaikan matahari di dalam mimpi. Kedatangannya dalam hidup seseorang memberikan kesenangan tanpa jeda dalam waktu lama yang tak dapat dibedakan antara mimpi dan realita. Orang-orang Indonesia umumnya mengenal kata ini sebagai penyebutan untuk penyebab keindahan, penyebab semua ini ada (pencipta), penyebab dari semua yang dapat disaksikan, atau secara sederhana disebut Tuhan.

Definisi Etimologi

Sang Hyang Widhi, berasal dari akar kata "Sang", "Hyang", dan "Widhi".
  • Sang, memiliki makna personalisasi atau identifikasi. Contoh penggunaan kata lainnya: sang bayu, sang Nyoman, sang Raja, dan lain-lain.
  • Hyang, terkait dengan keberadaan spiritual yang dimuliakan atau mendapatkan penghormatan yang khusus. Biasanya, ini dikaitkan dengan wujud personal yang bercahaya dan suci.
  • Widhi sama dengan widya artinya pengetahuan, memiliki makna penghapus ketidaktahuan. Penghapus ketidaktahuan memiliki wujud yang beragam menurut jalan ketidaktahuan diselesaikan. Wujud-wujud ini menjadi media bagaimana manusia dan ciptaan di jagat raya ini mengerti dan memahami diri dan lingkungannya. Widhi dapat berupa: cahaya, suara, wujud tersentuh, sensasi tersensori, memori pikiran, rasa emosional, radiasi bintang, pengartian tanda, rasa kecapan, dan lain-lain. Widhi ini sangat terkait dengan dharma, atau lingkungan yang merupakan pustaka abadi dimana manusia dapat membaca keseluruhan pengetahuan tentang widhi. Dharma secara keseluruhan adalah widhi itu sendiri. Terkait dengan proses belajar, dharma tampaknya terpartisi menjadi arus berlanjut yang hadir kepada manusia tanpa henti hingga masa manusia itu berakhir.

Dharma

Dharma adalah pustaka atau sarana belajar manusia untuk mengerti dan memahami semua pengetahuan untuk menyelesaikan ketidaktahuan. Dharma ini pun menjadi jalan untuk dapat memahami kemahakuasaan, termasuk memahami 'Sang Hyang Widhi'. Dharma ini secara nyata adalah lingkungan manusia, dari yang menyusun manusia itu sendiri hingga hal-hal di luar manusia.

Sang Hyang Widhi

Secara deskriptif, makna Sang Hyang Widhi tidak cukup untuk diungkapkan dengan beberapa kalimat. Namun, dengan adanya dharma, semua orang dapat memahami makna sang hyang widhi ini secara utuh. Bahwa sang hyang widhi dipahami pertama melalui terlihatnya matahari di dalam mimpi seseorang, yang memberikan kesenangan luar biasa atau kesenangan tertinggi dari yang pernah dia rasakan. Kesenangan atau kebahagiaan ini berlanjut beberapa hari tanpa jeda. Namun, seseorang tidak dapat melihat matahari di dalam mimpi jika di dalam kenyataan ini dia tidak perhatian dengan matahari dan perkembangan hari siang dan malam.
Sang Hyang Widhi secara sederhana berarti dia yang memancarkan widhi atau penghapus ketidaktahuan. Dengan batasan media yang berupa cahaya, maka sang hyang widhi adalah sumber cahaya. Sumber cahaya ini berupa matahari atau sumber cahaya lain. Dengan demikian, dengan membatasi bentuk widhi berupa cahaya, sang hyang widhi adalah sumber cahaya.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Hyang_Widhi

Kitab Suci Agama Hindu

 Kitab Kitab Suci Agama Hindu

Ada beberapa kitab yang dianggap suci oleh umat Hindu, sebagai berikut:
1. Veda (baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, disusun kembali oleh Byasa (Vyasa – hidup di sekitar abad 18 SM hingga abad 15 SM). Veda dibagi menjadi 4 bagian : Rigweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Keempat weda tersebut juga disebut sebagai Sruti (Yang Didengar). Weda juga dibagi menjadi 4 lagi yaitu Samhita, Brahmana, Aranyaka dan Upanishad.
2. Vedanga (baca : Wedangga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4 pula yaitu :
  1. Siksha (śikṣā): fonetika dan fonologi (sandhi).
  2. Chanda (chandas): irama.
  3. Vyakarana (vyākaraṇa): tata bahasa.
  4. Nirukta (nirukta): etimologi.
  5. Jyotisha (jyotiṣa): astrologi dan astronomi.
  6. Kalpa (kalpa): ilmu mengenai upacara keagamaan.
3.  Ittihasa (Kisah-kisah, Kejadian Nyata), terdiri dari Ramayana ( disusun oleh Resi Walmiki) dan Mahabarata (disusun oleh Resi Vyasa).
4. Smrti, bukan “wahyu”, melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah:
  1. Dharmasastra, atau sastra hukum dan perundang-undangan.
  2. Itihasa, atau sejarah.
  3. Purana, sastra keagamaan.
  4. Sutra.
  5. Agama
  6. Darshana, filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana, enam ajaran filsafat Hindu, yaitu:SamkhyaYogaMimamsaVaisisekaNyaya dan Vedanta.
5. Purana (Cerita Kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
6. Bagavad Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabarata.
7. Sutra (Benang), berisi pepatah.

Sumber: https://lubukgambir.wordpress.com/2013/10/05/kitab-kitab-hindu/

Perbedaan Kristen Katolik dan Kristen Protestan

Perbedaan Agama Katolik Dan Protestan
1. Kepausan
Perbedaan mendasar Katolik dan Protestan yang pertama adalah, umat Katolik memiliki Paus, pemimpin tertinggi yang bertahta di Vatikan, Roma. Yang dianggap sebagai Paus pertama adalah St. Petrus, salah satu dari 12 murid Yesus, walaupun semasa hidupnya Petrus tak pernah mendirikan agama, apalagi bernama agama katolik. Sebenarnya Paus pertama agama katolik bukanlah Petrus.
Ajaran Petrus adalah monotheisme sama dengan ajaran Yesus, sedangkan agama katolik adalah agama polytheisme warisan dari lembaga keagamaan Romawi yang sudah eksis. Sementara Kristen Protestan tidak mengakui/memiliki pemimpin tertinggi.Hal ini sekaligus memicu perpecahan dan kemunculan Kristen Protestan pada Abad Pertengahan.Saat Paus Leo X ingin membangun gereja termegah sedunia, Basilika St. Petrus di Vatikan, ia mencari dana pembangunan gereja dengan menjual surat Pengakuan Dosa. Penjualan Surat pengakuan Dosa ini diprotes oleh Pendeta Martin Luther yang memutuskan memisahkan diri. Mereka yang menjadi pengikut Martin Luther disebut Protestan.
2. Kitab suci menurut katolik 
 Deutro-Kanonika
Ada perbedaan alkitab suci katolik dan kristen protestan. Kitab suci umat Kristen disebut Bible.Namun Bible menurut Katolik lebih tebal, karena ada tambahan kitab yang dinamakan Deutero-Kanonika.Kitab-kitab tersebut tidak diakui kebenarannya oleh umat kristen Protestan atas doktrin Purgatory, wilayah di antara surga dan neraka, atau disebut Api Penyucian.
3. Denominasi gereja
Dalam tradisi Katolik, orang awam dilarang menafsirkan kitab suci selain Magisterium, yaitu para ahli agama yang berpusat di Roma.Umat Katolik di seluruh dunia tinggal mengikuti penafsiran Magisterium.Sedangkan ajaran Protestan membolehkannya.Dua kebijakan berbeda ini berdampak besar. Umat Katolik di seluruh dunia tinggal imani saja karena memiliki satu pendapat yang sama tentang kitab suci. Sedangkan agama protestan membolehkan penafsiran di luar gereja,sehingga terbagi-bagi menjadi beberapa aliran dan denominasi. Jika umat Katolik bisa datang ke gereja manapun di seluruh dunia, maka berbeda dengan umat Protestan yang tidak mau beribadah jika bukan ke gereja yangsama sekte atau denominasinya.
4. Pendeta kristen protestan 
Dalam agama Katolik, terdapat hirarki pemuka agama.Dari romo/pastur, uskup, kardinal, dan paus.Ada hirarki dalam gereja katolik, yaitu kapel (gereja kecil), gereja paroki (tempat pastur), katedral (tempat uskup/kardinal), dan basilika (tempat paus).Protestan tak memiliki hirarki pemuka agama.
5. Orang Yang Dianggap Kudus (Saint)
Nama-nama orang yang dianggap Kudus biasanya digunakan sebagai nama gereja Katolik (mis: Gereja Santa Maria dan Gereja Santo Petrus). Untuk nama baptis, katolik biasanya diakhiri -us: Petrus, Paulus, Fransiskus. Sedangkan umat Protestan nama baptis menggunakan nama-nama nabi: Abraham, Samuel, Daniel.
6. Sakramen
Sakramen ialah bentuk upacara suci yang wajib dilakukan umat Kristiani sepanjang hidupnya.Gereja Katolik mengakui 7 sakramen, yaitu Baptis (masuk Kristen), Krisma (diberikan saat menginjak remaja), Ekaristi (yang biasa dilakukan di gereja setiap hari Minggu), Imamat (pentahbisan menjadi pastor), pernikahan, pengakuan dosa, dan pengurapan (diberikan saat sakit parah dan hampir meninggal).Untuk gereja Protestan, hanya mengakui 2 sakramen, yaitu Baptis dan Ekaristi.Sakramen Ekaristi dalam ajaran Protestan tidak dilakukan tiap hari Minggu, cukup pada perayaan hari-hari besar saja.
7. Biarawati katolik 
Kerahiban / Biarawan dalam ajaran agama Katolik, hanya laki-laki yang boleh menjadi pastur. Sedangkan dalam Protestan, baik laki-laki maupun perempuan, diberikan hak yang sama menjadi pendeta, meskipun kita lebih sering melihat pendeta laki-laki.
Dalam Katolik, wanita yang ingin beribadah penuh seumur hidupnya bagi Tuhan dapat menjadi suster/biarawati. Syarat menjadi suster sama dengan syarat menjadi pastur, yaitu tidak boleh menikah. Seorang suster harus menutup auratnya dan memakai kerudung.
Tak ada kerahiban dalam ajaran agama kristen protestan pemimpin katolik berdoa ke berhala maria 
8. Umat katolik berdoa ke santo / santa 
. Pengultusan Bu Maria dan para Santo/santa (Orang yang dianggap Kudus)
Umat Katolik sangat mengkultuskan Bu Maria, ibunya Yesus dan para Santo. Kedudukan mereka sangat dikultuskan. Dalam ajaran Katolik ada rosario, semacam tasbih dengan liontin salib, dan berziarah ke Goa Maria. Sementara umat Protestan menolak pengultusan terhadap Maria dan Santo.Gereja Katolik dihiasi patung-patung Yesus, Bunda Maria, santo/santa, hingga patung malaikat, sebagai pelestarian agama pagan Romawi. (harap diingat, pendiri agama katolik bukanlah Petrus murid
 yesus, nama Petrus hanya dicatat. Lembaga keagamaan Romawi pagan sudah ada dan inilah yang jadi cikal bakal agama katolik).
Sedangkan umat Protestan mengharamkan penggunaan patung karena dianggap berhala.Hanya ada patung berbentuk salib biasa, tanpa tubuh Yesus.
9. Perkawinan
Pemuka agama Katolik dari pastur hingga paus tidak boleh menikah, harus membujang seumur hidup (selibat) agar umat katolik tahu mereka konsentrasi penuh terhadap ajaran.Dalam agama Protestan, pendeta diperbolehkan menikah.Dalam agama Katolik, umat hanya boleh terjadi sekali seumur hidup, kecuali jika ditinggal mati pasangannya.Sementara dalam ajaran Protestan dibolehkan bercerai.
10. Peribadatan

Peribadatan Katolik disebut misa, sementara agama Protestan disebut kebaktian. Kedua agama ini beda dalam hal isi maupun tata cara pelaksanaannya, kendati sama-sama dilaksanakan pada hari Minggu. Umat Katolik berdoa membuat tanda salib dengan telunjuk kanan menyentuh dahi, dada, bahu kiri, bahu kanan, secara urut.Sementara umat Protestan hanya berdoa biasa.

Sumber: https://vipstation.wordpress.com/2014/03/20/10-perbedaan-kristen-protestan-dan-katolik/

Kamis, 31 Desember 2015

DEWA-DEWI HINDU

Nama nama Dewa dan Dewi dalam agama Hindu
• Agni (Dewa api)
Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti 'api'. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.

• Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
Dalam ajaran agama Hindu, Aswin (Sanskerta: अश्विन, Latin: aśvin, dibaca: As-win) adalah Dewa kembar yang bergelar sebagai 'dokter para Dewa'. Mereka merupakan putera Dewa Surya danDewi Saranya.
Mereka dewa yang sering disebut sebagai dewanya pengobatan dalam Ayurweda. Mereka adalah dua bersaudara yang ramah, suka menolong. Mereka dilukiskan sebagai penunggang kuda yang membawa kemakmuran pada manusia serta menyembuhkan segala penyakit dan kemalangan.
Mereka disamakan dengan si kembar Castor dan Pollux dalam Mitologi Yunani.
Mereka juga Dewa yang disebut-sebut dalam Rg-Weda, dengan 57 syair di dalamnya yang memuji-muji mereka. Mereka juga disebut Nāsatya (na+asatya, artinya "bukan kebohongan" atau sama dengan "kebenaran").

• Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: ब्रह्माIASTBrahmā) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita
• Candhra (Dewa bulan)
Dalam agama Hindu, Candra adalah dewa bulan, sekaligus seorang Graha. Candra juga disamakan dengan Soma, dewa bulan dalam Weda-Weda. Kata Soma merujuk kepada minuman manis dari tanaman, sehingga Candra menjadi penguasa tanaman dan tumbuhan. Candra digambarkan sebagai dewa yang berparas muda dan tampan, berlengan dua dan memegang gada dan teratai. Konon setiap malam ia mengendarai keretanya untuk melintasi langit. Keretanya ditarik oleh sepuluh kuda putih, atau kadangkala ditarik antilop. Meski antilop adalah hewan yang biasa dilukiskan bersamanya dalam simbol-simbol, kelinci juga dikeramatkan olehnya dan seluruh kelinci berada dalam perlindungannya. Candra dikaitkan dengan embun, dan ia juga salah satu dewa kesuburan. Candra sebagai Soma, mengetuai Somawara atau hari Senin.
Candra merupakan ayah Budha. Ia merupakan suami bagi Rohini, Anurada dan Bharani, yang merupakan 27 Naksatra (rasi bintang), puteri-puteriDaksa.

•Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah istri Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini.

• Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
Ganesa (Sanskerta गणेश ; ganeṣa Tentang suara ini dengarkan (bantuan·info)) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan.Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India.[1]
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (Wignesa,Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara.[2] Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.
Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.[3] Ketenarannya naik dengan cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, (Sanskerta: गाणपत्य;gāṇapatya), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu.[4] Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesa adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.

• Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
Dalam ajaran agama Hindu, Indra (Sanskerta: इन्द्र atau इंद्र, Indra) adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.
Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa(wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.
Dewa Indra muncul dalam kitab Mahabarata. Ia menjemput Yudistira bersama seekor anjing, yang mencapai puncak gunung Mahameru untuk mencari Swargaloka.
Kadangkala peran dewa Indra disamakan dengan Zeus dalam mitologi Yunani, dewa petir sekaligus raja para dewa. Dalam agama Buddha, beliau disamakan dengan Sakra.


• Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
Dalam agama Hindu, Kuwera (Dewanagari: कुबेरIASTKuvera) adalah dewa pemimpin golongan bangsa Yaksa atau Raksasa. Meskipun demikian, ia lebih istimewa dan yang utama di antara kaumnya. Ia bergelar "bendahara para Dewa", sehingga ia disebut juga Dewa Kekayaan. Kuwera merupakan putera dari seorang resi sakti bernama Wisrawa. Ia satu ayah dengan Rahwana, namun lain ibu. Ia menjadi raja di Alengka, menggantikan Malyawan, namun di kemudian hari kekuasaannya direbut oleh Rahwana. Karena merasa tidak sanggup mengalahkan Rahwana, Kuwera pun dengan berat hati menyerahkan tahta.

• Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
Dalam agama Hindu, Laksmi (Dewanagari: लक्ष्मीIASTLakshmī) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Wisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini (ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma sebagai Wenkateswara).

merak dalam penggambaran Dewi laksmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan lambang pernikahan.
Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Ia juga disebut "Widya", yang berarti pengetahuan, karena Beliau juga Dewi pengetahuan keagamaan. Ia juga dihubungkan dengan setiap kebahagiaan yang terjadi di antara keluarga dan sahabat, perkawinan, anak-anak, kekayaan, dan kesehatan yang menjadikannya Dewi yang sangat terkenal di kalangan umat Hindu.

• Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
Saraswati (Dewanagari: सरस्वतीIASTSarasvatī) adalah salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang berarti mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan yang lainnya.

• Shiwa (Dewa pelebur)
Siwa (Dewanagari: शिवIASTŚiva) adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahmadan Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.

• Sri (Dewi pangan)
Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa

• Surya (Dewa matahari)
Surya (Sanskerta: सूर्य; Surya) adalah nama dewa matahari menurut kepercayaan umat Hindu. Surya juga diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa yang menguasai atau mengatur surya atau matahari, dan diberi gelar "Batara". Menurut kepercayaan Hindu, Surya mengendarai kereta yang ditarik oleh 7 kuda. Ia memeiliki kusir bernama Aruna, saudara Garuda, putra Dewi Winata.

• Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
Dalam ajaran agama Hindu, Baruna atau Waruna (Devanagari: वरुण; Latin: Varuna) adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Kata Baruna (Varuna) berasal dari kata var (bahasa Sanskerta) yang berarti membentang, atau menutup. Kata "var" tersebut kemudian dihubungkan dengan laut, sebab lautan membentang luas dan menutupi sebagian besar wilayah bumi.
Menurut kepercayaan umat Hindu, Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengandarai makhluk yang disebut makara, setengah buaya setengah kambing (kadangkala makara disamakan dengan buaya, atau dapat pula digambarkan sebagai makhluk separuh kambing separuh ikan). Istri Beliau bernama Baruni, yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna juga disebut sebagai Dewa langit, Dewa Hujan, dan dewa yang menguasai hukum.
• Wayu / Bayu (Dewa angin)
Bayu (Sanskerta: वायुदाब वायु ; Vāyu, baca: Bayu, disebut juga Waata (वात: Vāta) atau Pawana (पवन : Pavana) atau Prāna) dalam agama Hinduadalah Dewa utama, bergelar sebagai Dewa angin. Udara (Vāyu) atau angin (Pāvana) merupakan salah satu unsur dalam Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu.
Dewa dalam agama Hindu ini diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa penguasa angin yang bertempat tinggal di Khayangan Panglawung. Batara bayu ditugaskan untuk mengatur dan menguasai angin. Pada zaman Treta Yuga, Batara Bayu menjadi guru Hanoman agar kera tersebut menjadi sakti. Pada zaman Dwapara Yuga, Batara Bayu menurunkan Werkudara (Bima). Ciri dari murid ataupun keturunan dewa ini adalah mempunyai "Kuku Pancanaka".
• Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (Dewanagari: विष्णु ; Viṣṇu) (disebut juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagaishtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat denganBrahman.

• Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
Batara Yama adalah nama dewa penjaga neraka dalam agama Hindu dan Buddha. Namanya sudah disebut dalam kitab Weda.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Yama merupakan manifestasi dari Brahman yang bergelar sebagai Dewa akhirat, Hakim Agung yang mengadili roh orang mati, untuk mempertimbangkan apakah suatu roh layak mendapat surga atau sebaliknya, mendapat neraka.
Dewa Yama dilukiskan sebagai seorang tua yang berkuasa di singasana neraka, memiliki dua wajah yang tidak terlihat sekaligus. Wajah yang sangar dan menyeramkan terlihat oleh roh orang-orang yang hidupnya penuh dengan perbuatan salah, sedangkan wajah yang lembut dan berwibawa terlihat oleh roh-roh yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik.
 
Sumber: http://dutaalfarizi.blogspot.co.id/2014/03/macam-macam-dewa-dewi-hindu-dengan.html